Kamis, 04 September 2008
Esai
Dari Pentas Tari Okty Budiati
Diposting oleh haurarumpun di 07.10 0 komentar
Esai
-- Nukila Amal, Cala Ibi --
DALAM autobiografinya yang berjudul Memories, Dreams, Reflections, Carl Gustav Jung, pendiri mazhab Psikologi Analitis, menuliskan salah satu mimpinya. Baca selanjutnya
Diposting oleh haurarumpun di 07.04 0 komentar
Esai
Bukan malaikat, bukan manusia, dan binatang yang culas mewartakan bahwa kita benar-benar tidak betah di dunia yang telah kita urai ini.
-- Rainer Maria Rilke --
PADA mulanya: Taste of Cherry.
Manusia, apa boleh buat, tampaknya ditakdirkan untuk tak kuasa menampik ironi: makhluk yang menggelegak dengan impian atas nasib yang ajek sekaligus kerapuhan menaklukkan teka-teki hidup yang mencekik; sebercak debu yang terlontar ke tengah pusaran jagat yang acak. Maka manusia akan senantiasa direpotkan oleh ikhtiar yang masygul, bahkan mungkin muskil, untuk mengenyahkan rasa gamang, dengan gairah sukacita atau pekat luka, tanpa muara yang mampu membuat hati tenang. Sementara, hidup melaju di luar kendali siapa pun. “Hidup bagai kereta yang terus berjalan,” gumam seseorang dalam Taste of Cherry. Baca selanjutnya
Diposting oleh haurarumpun di 07.00 0 komentar
Esai
Diposting oleh haurarumpun di 06.54 0 komentar
Esai
Jorge Luis Borges, sastrawan besar Argentina kelahiran 24 Agustus 1899, yang di Indonesia dikenal lewat buku Labirin Impian terjemahan Hasif Amini (LKiS Yogyakarta, 1999), adalah figur yang mempunyai kekuatan untuk membuat orang kepincut. Dengan kekayaan tema dan daya jelajah bahasa yang menebar bius, dengan kegetolan mencipta sastra fantastis lewat prosa mini berjuluk ficcioness, menempatkan filsafat sebagai tak lebih dari cabang sastra, ia sungguh patut diganjar pujian. Baca selanjutnya
Diposting oleh haurarumpun di 06.45 0 komentar
Esai
Diposting oleh haurarumpun di 06.19 0 komentar
Esai
Atas Nama Fiksi
Orang asing itu, di sebuah kuil yang telah dilahap api purba, yang dewatanya tak lagi menerima pemujaan manusia, membaringkan diri dan tidur. Dia tahu bahwa tugasnya kini adalah bermimpi. Mula-mula, mimpinya hanya berupa gebalau; lalu, selang beberapa waktu, berangsur-angsur menjadi teratur. Orang asing itu bermimpi sedang berada di tengah sebuah teater terbuka berbentuk lingkaran; sekerumun murid duduk di bangku-bangku yang berderet panjang. Ia sangat teliti menimbang murid-muridnya, mencari satu jiwa yang pantas disusupkannya ke alam nyata.
Diposting oleh haurarumpun di 06.01 0 komentar
Prosa
Aku tahu, ribuan kuda selalu berderap-derap dalam kepalaku, lalu lenyap tertelan halimun. Mungkin suatu saat aku perlu menunggangi salah satu dari ribuan kuda itu. Memacunya ke tempat-tempat yang tak terjangkau oleh khayalanmu. Tapi sebelumnya, biarkan aku bercerita. Biarkan aku bercerita…. Baca selengkapnya
Diposting oleh haurarumpun di 05.58 0 komentar